SUKAGOAL.com – Pep Guardiola, salah satu instruktur paling sukses dalam sejarah sepak bola modern, telah mengungkapkan niatnya untuk mengambil jarak dari internasional kepelatihan setelah kontraknya dengan Manchester City berakhir. Keputusan tersebut bukan tiba-tiba, melainkan hasil dari refleksi panjang terhadap kariernya yang penuh tekanan. “Ketika Kamu terlibat dalam pekerjaan ini, Anda sepenuhnya tenggelam dalam tekanan dan ekspektasi tinggi setiap ketika,” ujar Guardiola dalam suatu wawancara. Kehidupan sebagai instruktur di salah satu liga paling kompetitif memang tak mudah, dan Pep telah merasakan dampaknya.
Karier Cemerlang dengan Tekanan Tinggi
Guardiola mulai merintis karier kepelatihannya di Barcelona B sebelum akhirnya mendapatkan kepercayaan untuk mengasuh tim primer Barcelona pada tahun 2008. Dalam ketika singkat, ia berhasil membawa Barcelona meraih berbagai trofi bergengsi, termasuk dua gelar Liga Champions UEFA. Keberhasilannya di Barcelona membuatnya menjadi sosok yang sangat dihormati dalam dunia sepak bola. Namun, dengan keberhasilan tersebut datanglah tekanan yang luar biasa. Setiap laga menjadi sebuah ujian, dan setiap musim menuntut kesempurnaan. “Sebagai pelatih, Kamu harus selalu siap dengan tekanan. Tetapi, ada kalanya Anda perlu mengevaluasi kembali prioritas hayati Anda,” ujar Pep, menggambarkan betapa melelahkannya beban yang harus ia pikul selama bertahun-tahun.
Setelah meninggalkan Barcelona, Pep melanjutkan kariernya di Bayern Munich dan lalu Manchester City, di mana ia terus mencetak prestasi luar biasa. Namun, keberhasilan tersebut datang dengan harga yang tak murah. Saat bersama keluarga berkurang, kesehatan fisik dan mental sering kali terpinggirkan. Pep menyadari bahwa kedamaian pribadi dan kesehatan jangka panjang adalah hal yang tak bisa diabaikan. “Saya ingin menemukan kembali keseimbangan dalam hidup saya,” katanya saat ditanya mengenai alasan di balik keputusan untuk rehat.
Rehat untuk Mengembalikan Keseimbangan
Guardiola memang terkenal sebagai pelatih yang obsesif dan perfeksionis. Setiap detail dalam permainan selalu ia perhatikan dengan teliti, dan dia dikenal menghabiskan berjam-jam untuk menganalisis statistik dan video pertandingan. Gaya hayati seperti itu, meski menghasilkan banyak kemenangan, juga bisa menguras daya dan emosi secara signifikan. Rehat yang dia rencanakan setelah meninggalkan Manchester City lebih dari sekadar jeda; itu adalah kesempatan bagi dirinya untuk merefleksikan pencapaian, kesalahan, dan impiannya ke depan tanpa tekanan yang selalu mengintai.
Selama masa rehatnya, Pep berniat buat meluangkan lebih banyak waktu dengan keluarganya, mengeksplorasi minat pribadi di luar sepak bola, dan mungkin belajar hal-hal baru. Banyak yang meyakini bahwa setelah mengisi ulang energinya, Guardiola akan kembali dengan perspektif yang lebih segar. “Sepak bola selalu menjadi porsi dari hidup saya, tetapi saya mau sedikit menjauh dan menemukan pojok pandang baru,” tuturnya. Istirahat sejenak ini akan menjadi fase krusial dalam perjalanan kariernya, di mana dia mampu menatap kembali ke semua yang telah dicapainya dan bersiap buat babak baru yang mungkin lebih menantang.
Meskipun istirahat ini mungkin membawa sedikit kekecewaan bagi para penggemar yang selalu menantikan aksi dan strategi brilian dari Pep, banyak yang juga memahami bahwa keputusan ini adalah yang terbaik buat kesejahteraan pribadinya. Fans Man City dan internasional sepak bola umum berharap bahwa jarak rehat ini akan memungkinkan Guardiola untuk kembali dengan semangat dan visi baru yang dapat membawa efek lebih akbar di dunia sepak bola yang selalu bergerak dan penuh kejutan.